Nov. 18, 2024, 1:16 a.m.
Software klinik adalah salah satu tren digitalisasi di industri bisnis kesehatan. Dalam beberapa tahun terakhir, tren digitalisasi berkembang sangat cepat. Digitalisasi bidang kesehatan didukung oleh Kementerian Kesehatan, dimana seluruh fasilitas klinik diimbau segera mengadopsi software klinik sebagai alat manajemen pasien modern.
Namun, fenomena digital tidak selalu dipandang baik oleh beberapa dokter. Software klinik menjadi tantangan besar yang harus dihadapi dokter dan pemilik klinik, terutama dalam penerapan ICD-10 (International Classification of Diseases, 10th Revision). Kode ICD-10 adalah standar internasional yang digunakan untuk mengklasifikasikan dan mencatat diagnosis serta prosedur medis, dan dianggap cukup kompleks serta membingungkan. Jadi, teknologi software klinik termasuk investasi atau beban bagi industri perawatan kesehatan? Mari kita bahas!
ICD-10 memiliki lebih dari 14.000 kode diagnosis, yang jauh lebih banyak dibandingkan versi sebelumnya (ICD-9). Setiap kode memiliki rincian yang sangat spesifik. Banyaknya kode membuat proses pencatatan medis dan pelaporan klaim menjadi lebih rumit, terutama bagi dokter yang harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk memahami kode-kode tersebut.
Dengan penerapan ICD-10, beban administrasi yang harus ditangani oleh dokter dan staf medis meningkat secara signifikan. Alih-alih fokus pada perawatan pasien, dokter harus menghabiskan lebih banyak waktu menginput data dan memilih kode yang sesuai di software klinik. Ini menyebabkan gangguan dalam alur kerja klinis dan menurunkan efisiensi dalam praktik medis.
Penggunaan ICD-10 dalam software klinik tidak bisa dilakukan secara instan tanpa pelatihan yang memadai. Dokter dan pemilik klinik harus menginvestasikan waktu dan sumber daya untuk pelatihan staf agar mereka bisa memahami dan mengimplementasikan kode ICD-10 dengan benar. Tentu saja ini akan menambah beban finansial bagi pemilik bisnis klinik, yang mungkin harus merogoh kocek lebih untuk pelatihan dan pembaruan perangkat lunak.
Meskipun penerapan ICD-10 dalam software klinik terkadang menjadi beban, namun implementasinya tetap membawa manfaat yang signifikan. Software klinik yang mendukung ICD-10 dapat membantu mempermudah pengelolaan data medis dan membuat proses klaim lebih terorganisir, meskipun pada awalnya terasa sulit.
Software klinik yang didesain dengan baik memiliki fitur yang bisa membantu memilih kode ICD-10 secara otomatis berdasarkan diagnosis yang diinput oleh dokter. Otomasi akan mengurangi kemungkinan kesalahan yang sering terjadi saat pencarian manual.
Dengan menggunakan software klinik, data pasien dapat dikelola dengan lebih terstruktur. Data yang teratur memberikan kemudahan dalam pelaporan administratif dan audit. Kode ICD-10 yang lengkap juga membantu dalam analisis data medis untuk perencanaan perawatan yang lebih baik.
Walaupun prosesnya rumit, penggunaan software klinik dalam mencari ICD-10 dapat meningkatkan akurasi dalam pencatatan diagnosis dan perawatan pasien. Software klinik sangat berperan karena mampu memberikan catatan yang lebih jelas dan terperinci, guna evaluasi medis jangka panjang.
Penerapan ICD-10 dalam software klinik memang membawa tantangan besar bagi dokter dan pemilik bisnis, terutama dalam hal kompleksitas kode dan beban administrasi yang meningkat. Namun tidak perlu khawatir, Eramedix hadir membawa kemudahan karena dilengkapi modul clinical decision support atau pencarian otomatis yang memudahkan dokter dalam menemukan kode yang paling sesuai berdasarkan deskripsi diagnosis. Eramedix juga memberikan pelatihan berkala tentang cara menggunakan software klinik Eramedix, juga menyediakan dukungan teknis responsif untuk dokter dan staf klinik. Diskusi sekarang, untuk segera beralih ke digital