July 15, 2025, 6:35 a.m.
Dalam beberapa tahun terakhir, digitalisasi layanan kesehatan menjadi salah satu fokus utama pemerintah Indonesia, dalam mengupayakan peningkatan mutu pelayanan medis.Dua sistem yang paling banyak digunakan oleh manajemen klinik adalah aplikasi klinik RME dan sistem ERP (Enterprise Resource Planning) Healthcare. Walaupun keduanya sama-sama memanfaatkan teknologi digital, fungsi dan cakupan manfaat yang mereka tawarkan sangat berbeda.
Aplikasi rekam medis elektronik (EMR) adalah salah satu solusi digital paling awal yang banyak diadopsi oleh praktik dokter mandiri. Rekam medis elektronik dirancang untuk menggantikan pencatatan manual pada diagnosa, administrasi pasien, resep obat hingga tindakan, yang sebelumnya dilakukan pada media kertas menjadi bentuk digital. Struktur dalam sistem EMR sangat sederhana dan hanya fokus pada satu fungsi utama, yaitu pencatatan data pasien secara elektronik.Kita semua tahu bahwa manajemen klinik tidak hanya mencakup pelayanan medis saja. Manajemen klinik yang baik mencakup pengelolaan seluruh proses bisnis, seperti aspek keuangan, SDM, pengelolaan stok obat, dan pelaporan manajerial.
Namun praktik di lapangan menemukan banyak klinik mandiri kesulitan melakukan integrasi pada aspek bisnis. Mereka menggunakan beberapa aplikasi berbeda untuk mengakomodir kebutuhan yang berbeda, seperti satu sistem untuk rekam medis, satu sistem lagi mengatur keuangan, dan sistem lainnya mengatur SDM dan inventory. Sayangnya, pendekatan seperti ini justru menimbulkan fragmentasi data, redundansi input, dan kurangnya integrasi yang menyulitkan manajemen. Pada akhirnya, aplikasi klinik tidak cukup memadai untuk diandalkan mengakomodir seluruh operasional bisnis.
Dan jawaban atas kerumitan tersebut, sistem ERP klinik (ERP Healthcare) menjadi sistem yang terjangkau karena tidak menarik biaya lisensi. Berbeda dengan aplikasi klinik standar yang hanya fokus menangani data medis pasien, ERP klinik sangat powerfull karena mampu mengintegrasi seluruh elemen operasional klinik dalam satu platform. Sistem ERP memungkinkan data dari front office (pendaftaran pasien), pelayanan medis, hingga back office (keuangan, SDM, laporan bisnis) terhubung secara otomatis. Dengan pendekatan ini, klinik dapat mengelola bisnis dan layanan medis secara lebih profesional dan terukur.
Pemilihan antara sistem EMR biasa dan ERP klinik bukan hanya soal fitur, tetapi juga menyangkut visi jangka panjang dan kesiapan klinik untuk bertumbuh secara berkelanjutan. Jika fokus utama klinik adalah pada pencatatan medis pasien secara digital dengan fitur dasar, maka aplikasi RME sudah cukup memadai sebagai solusi awal. Namun, jika klinik mulai merasa perlu berkembang secara bisnis, maka ERP merupakan pilihan yang lebih unggul.
ERP tidak hanya mendigitalisasi pelayanan medis, tetapi juga menyatukan seluruh proses operasional dalam satu sistem. Untuk klinik mandiri yang ingin bertumbuh ke arah profesional, sistem ERP healthcare menawarkan fondasi yang lebih kuat dan siap mendukung skala layanan yang lebih besar di masa depan.
Sebagai informasi tambahan, dalam rangka transformasi digital nasional, Kementerian Kesehatan mewajibkan klinik untuk mulai meimplementasikan ERP untuk mendukung integrasi data ke SATUSEHAT. Hubungi kami untuk Akses demo ERP Healthcare.