June 24, 2024, 2:58 a.m.
Parasetamol adalah obat yang banyak digunakan masyarakat umum dan mudah di temukan di kehidupan sehari-hari. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan bahwa parasetamol atau asetaminofen memiliki efek meredakan rasa sakit, anti nyeri, serta meredakan demam. Berbeda dengan obat analgesik lain seperti ibuprofen dan aspirin, parasetamol terbukti tidak memiliki sifat anti radang (nonsteroidal anti inflammatory).
Sejarah Paracetamol
Parasetamol, juga dikenal dengan nama acetaminophen, adalah salah satu obat yang paling umum digunakan untuk mengatasi demam dan mengurangi rasa sakit. Parasetamol sering kali digunakan sebagai solusi pengobatan sehari-hari. Apakah Anda tahu bagaimana parasetamol ditemukan dan menjadi obat demam yang sangat populer?
Berdasarkan Journal of Chemical & Engineering Data, sejarah parasetamol dimulai pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1877, seorang ahli kimia bernama Harmon Northrop Morse sukses mensintesis paracetamol. Di awal kemunculannya, parasetamol digunakan sebagai zat pewarna untuk cat rambut dan produk tekstil. Namun, pada tahun 1893, peneliti Jerman bernama Felix Hoffmann menemukan potensi parasetamol sebagai analgesik, yaitu obat yang dapat mengurangi rasa sakit.
Pada tahun 1899, Felix Hoffmann bergabung dengan perusahaan farmasi Bayer dan mulai memproduksi lalu memasarkan parasetamol sebagai obat demam dan penghilang rasa sakit. Pada saat itu, parasetamol dikenal dengan nama "Phenacetin". Namun, pada tahun 1949, fenasetin diketahui memiliki efek samping yang berbahaya, seperti kerusakan ginjal, sehingga penggunaannya dilarang di banyak negara.
Selama beberapa dekade, parasetamol terus dikembangkan dan ditingkatkan. Dua peneliti di bidang kimia Bernard Brodie dan Julius Axelrod ditugaskan untuk mengkaji parasetamol. Mereka mengkaji efek analgesik asetanilida pada parasetamol yang disebabkan oleh penggunaan asetanilida dengan methemoglobinemia, membentuk metabolit parasetamol aktif. Kedua ilmuan ini memberikan bukti ilmiah bahwa penggunaan parasetamol aman dikonsumsi dan tidak menghasilkan racun asetanilida. Penemuan ini mereka publikasikan pada tahun 1948.
Pada tahun 1952, parasetamol dipasarkan sebagai obat resep dokter. Pada tahun 1955, peneliti Bernard Brodie kembali menemukan bahwa parasetamol memiliki sedikit efek anti-inflamasi, sehingga obat ini lebih cocok untuk mengatasi demam dan rasa sakit daripada mengurangi peradangan. Setelah penemuan efek samping fenasetin, tahun tahun 1956 parasetamol mulai dipasarkan secara besar oleh perusahaan farmasi di Amerika (Sterling Winthrop.co) . Tahun 1963, pasar parasetamol semakin meluas hingga ditambahkan dalam British Pharmacopoeia, lalu ikut dijual sampai ke Indonesia secara bebas (tanpa resep dokter).
Saat saat itu, Parasetamol menjadi obat yang sangat populer karena efektif dalam mengatasi demam dan rasa sakit, serta memiliki sedikit efek samping. Obat ini juga dapat digunakan oleh orang dewasa dan anak-anak dengan dosis yang sesuai.
Saat ini, parasetamol menjadi salah satu obat yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Obat ini tersedia dalam berbagai bentuk, seperti tablet, sirup, dan suppositoria, sehingga mudah digunakan oleh berbagai kalangan.
Meskipun parasetamol telah menjadi obat yang umum digunakan dalam pengobatan, tetaplah berkonsultasi dengan dokter sebelum mengkonsumsinya. Setiap obat memiliki efek samping potensial dan dapat berinteraksi dengan obat lain yang sedang Anda konsumsi. Penggunaan parasetamol secara berlebihan atau jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati yang serius. Oleh karena itu, pastikan Anda menggunakan parasetamol dengan bijak sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh tenaga medis dan menghindari penggunaan parasetamol dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan medis.